Nuke's Blogs

Punya Uang, Punya Waktu dan Mau Berbagi

Artikel

I. ISU–ISU PERKEMBANGAN TEHNOPRENEURSHIP DI INDONESIA
a. Technopreneurship

Ditilik dari asal katanya, Technopreneurship merupakan istilah bentukan dari dua kata, yakni teknologi’ dan ‘enterpreneurship’. Secara umum, kata Teknologi digunakan untuk merujuk pada penerapan praktis ilmu pengetahuan ke dunia industri atau sebagai kerangka pengetahuan yang digunakan untuk menciptakan lat-alat, untuk mengembangkan keahlian dan mengekstraksi materi guna memecahkan persoalan yang ada. Sedangkan kata entrepreneurship berasal dari kata entrepreneur yang merujuk pada seseorang atau agen yang menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang ada (Zimmerer & Scarborough, 2008).
Jika kedua kata diatas digabungkan, maka kata teknologi disini mengalami penyempitan arti, karena Teknologi dalam “technopreneurship” mengacu pada Teknologi Informasi, yakni teknologi yang menggunakan Komputer sebagai alat pemrosesan. Posadas (2007) mendefinisikan istilah technopreneurship dalam cakupan yang lebih luas, yakni sebagai wirausaha di bidang teknologi yang mencakup teknologi semikonduktor sampai ke asesoris Komputer Pribadi (PC). Sebagai contoh adalah bagaimana Steven Wozniak dan Steve Job mengembangkan hobi mereka hingga mereka mampu merakit dan menjual 50 komputer Apple yang pertama, atau juga bagaimana Larry Page dan Sergey Brin mengembangkan karya mereka yang kemudian dikenal sebagai mesin pencari Google. Mereka inilah yang disebut sebagai para teknopreneur dalam definisi ini.
Dalam wacana nasional, istilah Technopreneurship lebih mengacu pada pemanfaatan Teknologi informasi untuk pengembangan wirausaha. Berbeda dengan pengertian pertama diatas, jenis wirausaha dalam pengertian technopreneurship disini tidak dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, namun segala jenis usaha, seperti usaha meubel, restaurant, super market ataupun kerajinan tangan, batik dan perak. Penggunaan teknologi informasi yang dimaksudkan disini adalah pemakaian Internet untuk memasarkan produk mereka seperti dalam perdagangan online (e-Commerce), pemanfaatan Perangkat Lunak khusus untuk memotong biaya produksi, atau pemanfaatan teknologi web 2.0 sebagai sarana iklan untuk wirausaha. Dalam pengertian kedua ini, tidaklah jelas pihak mana yang bisa disebut sebagai technopreneur. Disini, kedua pengertian ini akan digunakan bersama-sama.
Perkembangan teknologi yang tiada hentinya semakin lama semakin maju , memacu persaingan yang sangat ketat diantara pengelola bisnis yang menerapklan Technopreneurship sebagai incubator bisnis berbasis teknologi mereka,dimana teknologi memiliki peranan sebagai penggerak bisnisnya.
Dengan adanya teknologi tersebut,maka pasti akan lahir orang-orang yang mempunyai skil dalam bidang tersebut yang akan mengoperasikan teknologi tersebut ,seperti anak-anak lulusan IT dari perguruan tinggi contohnya,mereka itulah para calon technopreneur yang akan mengembangkan ide-ide baru untuk teknologi pada perusahaan,seorang technopreneur rela tumbuh dari bawah,untuk menambah pengalaman dan pengetahuan mereka, seorang technopreneur harus mempunyai ide-ide yang kreatif untuk mengembangkan suatu penemuannya.
Maka dalam pembahasan karya tulis kali ini akan membahas tentang tecnopreneurship sebagai teknologi bisnis yang tidak lepas dari sosok technopreneur yang berhubungan didalam teknologi tersebut, Disinilah dimana teknologi sangat berpengaruh terhadap dunia bisnis yang ada pada saat ini.
Inovasi, kemampuan dalam teknologi dan kemampuan berwirausaha merupakan solusi untuk meningkatkan keadaan ekonomi Indonesia yang sedang bertumbuh. Inovasi adalah langkah-langkah yang sistematis untuk mengubah sesuatu (produk, ide, informasi, teknologi dan lainnya) menjadi sebuah sumber yang memiliki…
Beberapa tahun terakhir ini, istilah teknoprenuership kerap sekali kita jumpai dan dengan di berbagai media baik media cetak maupun media elektronik. Buku-buku yang menggunakan istilah ini sebagai bagian dari judulnyapun sudah banyak bermunculan. Bahkan, ada beberapa universitas yang mulai menawarkan technoprenuership sebagai program studi dan membuka program master. Salah satu universitas di Asia yang menawarkan Master Degree Program in Technopreneurship adalah Universitas Teknologi Nanyang (Nanyang Technological University – NTU) Singapura. NTU bahkan memiliki pusat studi khusus untuk bidang ini yang dikenal dengan nama Nanyang Technopreneurship Center (NTC).

Technopreneurship di Asia

Jika kita menengok ke 2 -3 dekade yang lalu, maka sebut saja Taiwan, Korea Selatan dan Singapura masih digolongkan sebagai Negara Berkembang. Namun sekarang Negara-negara ini telah menjadi Negara maju dengan perekonomian yang didasarkan pada Industri teknologi. Perkembangan Korea diawali dengan industri tradisional kemudian diikuti oleh industri semikonduktor. Sedangkan Singapura memiliki kontrak di bidang elektronik dengan perusahaan-perusahaan barat kemudian diikuti juga oleh manufaktur semikonduktor. Taiwan terkenal dengan industri asesoris Komputer Pribadi (PC). Rahasia lain yang membuat perkembangan negara-negara ini melejit adalah adanya inovasi.
Inovasi di bidang Teknologi Informasi inilah yang juga membuat India berkembang dan menjadi incaran industri dunia barat baik bagi outsourcing maupun penanaman modal. Contoh teknologi yang dikembangkan oleh India adalah sebuah Handheld PC yang disebut sebagai Simputer. Simputer dikembangkan untuk pengguna pemula dan dari sisi finansial adalah pengguna kelas menengah bawah. Simputer dijalankan oleh prosesor berbasis ARM yang murah dan menggunakan Sistem Operasi berbasis opensource. Harga di pasaran adalah sekitar $200.
Inovasi India yang luar biasa datang dari perusahaan Shyam Telelink Ltd. Shyam Telelink memperlengkapi becak dengan telefon CDMA yang berkekuatan 175 baterai. Becak inipun diperlengkapi juga dengan mesin pembayaran otomatis. Penumpang becak bisa menelpon dan tariff yang dikenakan adalah sekitar 1.2 rupee per 20 menit. Lalu perusahaan ini mempekerjakan orang yang tidak memiliki keahlian untuk mnegemudikan becak. Upah para pengemudi becak tidak didasarkan pada gaji yang tetap namun merupakan komisi sebesar 20% dari tiap tarif telfon yang diperoleh (Wireless week,2003).
Di Filipina, perusahaan telefon SMART mengembangkan metode untuk melayani transfer pengiriman uang dari para pekerja Filipina yang diluar negeri melalui telefon seluler dengan SMS. Menurut laporan Asian Development Bank (ADB), SMART dapat meraup sekitar US $14 –21 trilyun per tahunnya dari biaya transfer program ini.
China mengikuti jejak yang sama. Perusahaan-perusahaan China mulai menunjukkan kiprahnya di dunia internasional. Akuisisi IBM oleh perusahaan China Lenovo di tahun 2004 dan akuisisi perusahaan televisi Perancis Thomson oleh Guangdong membuktikan bahwa technoprenuership di China semakin kukuh.
Studi Posadas menunjukkan bahwa technopreneurship di Asia berkembang disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, faktor inovasi yang diinsiprasikan oleh Silicon Valley. Jika revolusi industri Amerika di abad 20 yang lalu dipicu oleh inovasi yang tiada henti dari Silicon valley, maka negara-negara Asia berlomba untuk membangun Silicon Valley mereka sendiri dengan karakteristik dan lokalitas yang mereka miliki.
Kedua, Inovasi yang dibuat tersebut diarahkan untuk melepaskan diri dari ketergantungan dunia barat. Sebagian besar teknologi yang diciptakan oleh dunia barat diperuntukkan bagi kalangan atas atau orang/instansi/perusahaan yang kaya dan menciptakan ketergantungan pemakaiannya. Sementara itu sebagian besar masyarakat (baca pasar) Asia belum mampu memenuhi kriteria pasar teknologi barat tersebut. Masih banyak masyarakat asia yang memiliki penghasilan dibawah $1 per hari, sehingga mereka tidak memiliki akses ke teknologi yang diciptakan oleh dunia barat. Ini merupakan peluang yang besar bagi para teknopreneur untuk berinovasi dalam menciptakan sebuah produk teknologi yang menjangkau masyarakat marginal.

Arah technopreneurship di Indonesia

Sebagian besar wacana di negara kita mengarahkan Technopreneurship seperti dalam definisi kedua di atas. Baik dalam seminar, lokakarya dan berita, maka bisa dijumpai bahwa pemakaian teknologi Informasi dapat menunjang usaha bisnis. Terlebih dimasa krisis global seperti sekarang ini, maka peluang berbisnis lewat Internet semakin digembar-gemborkan. Ada kepercayaan bahwa Technopreneurship menjadi solusi bisnis dimasa lesu seperti ini. Sebagai contoh, penggunaan Perangkat Lunak tertentu akan mengurangi biaya produksi bagi perusahaan Meubel. Jika sebelumnya, mereka harus membuat prototype dengan membuat kursi sebagai sample dan mengirimkan sample tersebut, maka dengan pemakaian Perangkat Lunak tertentu, maka perusahaan tersebut tidak perlu mengirimkan sample kursi ke pelanggan, namun hanya menunjukkan desain kursi dalam bentuk soft-copy saja. Asumsi ini tidak memperhitungkan harga lisensi software yang harus dibeli oleh perusahaan meubel tersebut.
Jika technopreneurship dipahami seperti dalam contoh-contoh ini, maka kondisi ini menyisakan beberapa pertanyaan: Apakah benar technopreneurship mampu menjadi solusi bisnis di masa kini? Akan dibawa kemanakah arah technoprenership di negara kita? Menurut hemat penulis, technopreneurship yang dipahamai dalam makna yang sesempit ini justru akan menjadi bumerang bagi pelaku bisnis, karena ini akan menciptakan ketergantungan terhadap teknologi buatan barat. Dan ini tidak sejalan dengan semangat technopreneurship yang dikembangkan oleh negara-negara Asia lainnya. Selain itu, inovasi yang berkembang belum mampu melepas ketergantungan tersebut karena masih berskala individu, seperti inovasi dan kreatifitas dalam pembangunan website, penggunaan teknologi web 2.0 sebagai media promosi. Inovasi yang diharapkan adalah inovasi dalam pengembangan kapasitas lokal dengan basis teknologi dari dunia barat, sehingga hasil inovasi tersebut mampu melepaskan kita dari kungkungan ketergantungan penggunaan lisensi dan ketergantungan teknologi barat.
Untuk dapat menuju ke arah yang sama seperti neagara-negara tetangga kita lainnya, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan dekonstruksi pemahaman Technopreneurship. Ini penting sekali karena kita semua tahu bahwa persepsi menentukan aksi. Dengan pemahaman technopreneurship seperti dalam definisi pertama maka akan memungkinkan bermunculannya para technopreneurship sejati yang akan membawa negara kita berjalan bersama-sama dengan India, Korea Selatan maupun taiwan.
Judul diatas saya peroleh ketika saya membaca sebuah majalah Business Opportunity yang sedang mewawancarai Ir. Ciputra (Pengusaha sekaligus pemrakarsa kampus-kampus entrepreneurship di Indonesia). Beliau menerangkan bahwa seorang entrepreneur itu dalam tingkatan tertinggi adalah ketika dia bisa mencipta peluang atau opportunity.

Ada tiga tahapan dalam pengertian opportunity yaitu:
1.opportunity recognition yaitu sebuah proses yang menyadari bahwa permintaan sudah sangat jelas demikian juga dengan suplai.
2.opportunity seeking yaitu suplai sudah jelas sementara permintaan belum jelas.
3.opportunity discovery yaitu ketika kondisi sebaliknya terjadi ketika permintaan begitu tinggi tetapi belu terlayani oleh suplai.
Maka deifinisi entrepeneruship mengacu pada opportunity creation yaitu ketika permintaan dan suplai belum jelas, artinya permintaan dan suplai yang belum jelas akan menimbulkan peluang-peluang yang bisa dijadikan usaha. Sehingga penciptaan peluang adalah merupakan ketrampilan tertinggi.
Jadi Technopreneurship adalah juga merupakan wirausaha yang memanfaatkan teknologi sebagai tools untuk melakukan atau menciptakan peluang, khususnya dalam penggunaan teknologi informasi. Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh sebuah kecanggihan teknologi yang berkembang begitu cepat, salah satu diantaranya penciptaan bisnis online. Bisnis online adalah sebuah penciptaan dimana peluang perkembangan IT benar-benar bisa dimanfaatkan. Pasar yang begitu besar dan tren dari penggunaan teknologi yang semakin meningkat di masyarakat adalah sebuah peluang yang harus dimanfaatkan. Di Indonesia penggunaan teknologi informasi saat ini merupakan salah satu penunjang sukses dari sebuah bisnis, artinya jika perusahaan-perusahaan itu memanfaatkan teknologi maka perusahaan itu akan tambah berkembang dan tumbuh. Bukan lagi khusus untuk pengembangan teknologi sebagai bisnisnya tapi lebih cenderung sebagai media untuk penunjang bisnis.Jika menilik dari pengertian technopreneurship, bahwa bisnis yang khusus membuat komputer misalnya dia akan mengembangkan untuk membuat aksesoris-aksesories yang lainnya, mulai pendingin komputer,mouse yang berwarna-warni , pembuatan tas-tas laptop yang full design, dan yang lain sebagainya. Ambil contoh lagi adalah Google, perusahaan yang dulunya hanya berkecimpung dibidang search engine atau mesin pencari utama di dunia maya belakang ini mulai pengembangan software android, kemudian mulai merambah sisi hardwarenya dengan berkolaborasi dengan perusahaan hardware ternama. Inilah sebenarnya peluang yang ada ditechnopreneurship yang memanfaat penelitian sebagai peluang yang sesungguhnya sehingga bisa dijadikan sebuah bisnis yang maju.
Pemanfaatan teknologi sebagai syarat utama disebut technopreneurship bisa kita lihat juga dalam bisnis perparkiran yang ada di mall ataupun diintansi pemerintah yang ramai dikunjungi oleh masyarakat misalnya rumah sakit. Bagaimana dia full menawarkan teknologi sebagai solusi untuk mengatasi manajemen perparkiran kendaraan bermotor, memanfaat sistem informasi parkir, kemudian memanfaat cctv dan lain sebagainya sehingga jasa layanan parkir menjadi lebih tertata, aman dan nyaman. Sehingga manajemen parkir akhirnya bisa difranchise kan. Kemudian technopreneurship dibidang perbankan adalah penggunaan teknologi yang ada di ATM-ATM bank, bagaimana ia membuat sistem informasi yang benar-benar aman kemudian dia pasangkan di mesin ATM, kemudian ditawarkan lagi sistem yang sudah jadi tersebut ke bank-bank yang lainnya akhirnya ada yang disebut jaringan ATM LINK dan jaringan ATM PLUS. Dan hal ini menjadi sebuah tren bisnis technopreneurship di bidang perbankan. Dan ada banyak lagi contoh technopreneurship yang berkembang di berbagai bidang.
Bagaimana technopreneurship itu bisa diterapkan sebagai sebuah bisnis
Einstain mengatakan bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan itu sendiri karena pengetahuan meliputi yang kita tahu sementara imajinasi termasuk kita tahu maupun yang tidak kita tahu. Sehingga kunci kreativitas adalah kunci untuk mendorong inovasi seseorang sehingga melatih kreativitas sebagai sebuah isu utama. Belajarlah kreativitas, belajarlah berinovasi dari yang ter kecil sampai yang besar.
Pengaruh dan peranan TI terhadap perkembangan bisnis online di Indonesia sangat besar. Contohnya dengan adanya pembuatan website, forum, dan blog inilah sebagai media yang bersifat sebagai jembatan antara penjual dan pembeli untuk saling memberi informasi sekaligus bertransaksi semakin hari semakin banyak saja, hal ini menunjukkan perkembangan situs-situs yang memiliki wadah untuk bisnis online semakin berkembang tiap waktu. Ditambah dengan berkembangnya dalam persaingan internet service provider yang memberikan fasilitas koneksi internet kepada penjual dan pembeli dalam bisnis online, supaya dapat terhubung secara online setiap saat dan dimanapun berada, sehingga calon konsumen dapat dengan mudah mengakses situs-situs yang menawarkan produk dan jasa yang ingin mereka dapatkan. Apalagi pengguna perangkat mobile di Indonesia juga semakin berkembang, hampir tiap tipe handphone yang dimiliki oleh masyarakat pada masa kini memiliki fasilitas atau fitur untuk dapat koneksi ke internet, hal ini semakin memudahkan masyarakat supaya mendapatkan informasi-informasi terkini dalam bidang bisnis online.
Memang yang namanya bisnis online tidak dapat terlepas dari peranan dunia TI, karena diawali dari perkembangan teknologi informasi terutama yang namanya internet inilah sehingga berlanjut dan berkembangnya terhadap bisnis online khususnya di Indonesia. Bahkan beberapa pengguna bisnis online di Indonesia menggunakan perangkat lunak untuk chatting seperti yahoo messenger untuk bertransaksi, tentunya perbincangan bisnis di yahoo messenger tersebut berawal dari suatu blog atau forum yang menawarkan barang dan jasa, lalu di forum atau blog tersebut memasang banner berupa logo YM agar ketika suatu saat ada calon konsumen yang tertarik dapat memastikan lebih jauh dan keseriusan dalam bertransaksi kepada sang penjual selain penggunaan handphone untuk sms atau telepon.
Tidak menutup kemungkinan juga bagi pebisnis online yang sudah masuk dalam skala bisnis yang besar memanfaatkan video conference sebagai sarana untuk berkomunikasi dan mempresentasikan produk atau jasa yang ditawarkan kepada klien. Hal seperti ini biasa terjadi untuk meminimalis kemungkinan pengeluaran biaya transportasi dan waktu yang terbuang dalam perjalanan.
http://blogpunyaqy.blogspot.com/2011/01/pengaruh-dan-peranan-ti-terhadap.html
Sumber:
Dana, L.P. (2007). Asian Models of Entrepreneurship from Indian Union and the Kingdom of Nepal to the Japanese Archipelago: Context, Policy, and Practice. New Jersey: World Scientific Publishing Co.

Leave a comment